Ketegangan geopolitik yang terus meningkat antara Amerika Serikat dan China tidak hanya mengguncang sektor ekonomi dan keamanan global, tetapi juga mulai menimbulkan kekhawatiran terhadap industri pariwisata di kawasan Asia Tenggara, termasuk Teluk Thailand. Beberapa destinasi wisata populer di wilayah tersebut disebut berpotensi terdampak secara langsung maupun tidak langsung akibat memanasnya hubungan kedua negara adidaya tersebut.
Teluk Thailand dikenal sebagai rumah bagi beberapa surga wisata kelas dunia, seperti Koh Samui, Koh Tao, dan Koh Phangan. Pulau-pulau ini telah menjadi magnet bagi wisatawan mancanegara, khususnya dari China dan negara-negara Barat. Namun, dengan meningkatnya tensi militer dan ekonomi di kawasan Asia-Pasifik, arus kunjungan wisatawan bisa terganggu.
“Ketegangan ini berdampak pada persepsi keamanan kawasan. Jika situasi memanas menjadi konflik terbuka, kawasan seperti Teluk Thailand, yang berada dekat jalur strategis Laut China Selatan, akan terkena imbas, baik dari sisi logistik maupun psikologis wisatawan,” ujar Channarong Patanawanich, analis geopolitik dari Chulalongkorn University.
Salah satu kekhawatiran utama datang dari potensi penurunan jumlah kunjungan wisatawan asal China, yang selama ini menjadi pasar terbesar pariwisata Thailand. Dalam beberapa tahun terakhir, lebih dari 10 juta turis Tiongkok mengunjungi Thailand setiap tahunnya, sebagian besar di antaranya berlibur ke pulau-pulau di Teluk Thailand.
Namun, dengan memburuknya hubungan diplomatik dan adanya potensi larangan bepergian dari otoritas Tiongkok ke negara-negara yang dianggap mendukung AS, kunjungan wisatawan dari negara tersebut bisa turun drastis.
“Jika konflik memburuk dan pembatasan perjalanan diberlakukan, industri pariwisata Thailand akan kehilangan salah satu tulang punggungnya,” kata Somsak Theerakulchai, Ketua Asosiasi Hotel dan Resor Thailand Selatan.
Penurunan wisatawan akan berdampak besar pada ekonomi lokal yang sangat bergantung pada sektor pariwisata. Ribuan usaha kecil seperti penginapan, restoran, operator tur, dan toko suvenir di kawasan Koh Samui dan sekitarnya bisa mengalami penurunan pendapatan drastis.
Kawasan seperti Koh Tao, yang selama ini dikenal sebagai pusat pelatihan menyelam, juga bisa terdampak jika lalu lintas laut di kawasan tersebut terganggu akibat eskalasi militer di sekitar Laut China Selatan.
Pemerintah Thailand sejauh ini belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait dampak langsung ketegangan AS-China terhadap pariwisata. Namun, Kementerian Pariwisata dan Olahraga Thailand tengah menyusun skenario darurat jika konflik geopolitik memengaruhi stabilitas kawasan.
Salah satu upaya yang tengah dibahas adalah diversifikasi pasar wisata dengan menyasar lebih banyak turis dari India, Timur Tengah, dan Eropa guna mengurangi ketergantungan pada wisatawan China.
Meski saat ini situasi di Teluk Thailand masih tergolong aman dan kondusif untuk berwisata, ketegangan antara AS dan China tetap menjadi bayang-bayang yang bisa memengaruhi sektor pariwisata secara signifikan. Pengusaha lokal dan pemerintah setempat diharapkan mulai bersiap menghadapi segala kemungkinan, termasuk perubahan pola wisata global akibat ketidakpastian geopolitik.
Bagi wisatawan yang berencana mengunjungi Thailand dalam waktu dekat, disarankan untuk terus memantau perkembangan situasi dan mengikuti panduan resmi dari pemerintah serta kedutaan masing-masing.
Banyuwangi, kabupaten di ujung timur Pulau Jawa, kian mencuri perhatian wisatawan lokal maupun mancanegara. Dijuluki…
Nama Sosro selama ini lekat dengan minuman teh siap saji yang menjadi favorit jutaan masyarakat…
Indonesia tidak hanya kaya akan keindahan alam, tetapi juga budaya lokal yang hidup dan terus…
Di tengah hamparan pegunungan megah Titiwangsa, Malaysia, berdiri sebuah destinasi yang menjadi incaran para pendaki…
Nusa Tenggara Timur (NTT) dikenal sebagai salah satu provinsi dengan keindahan alam yang luar biasa,…
Menjelang Lebaran 2025, sektor pariwisata di Indonesia dan dunia mulai menunjukkan pemulihan yang signifikan setelah…